Minggu, 26 Juni 2016

Tips Bersuara Merdu Untuk Membaca Al-Qur'an

Tips Bersuara Merdu Untuk Membaca Al-Qur'an

        Tips bersuara merdu untuk membaca Al Quran yang luar biasa. Sebagai kitab suci umat muslim yang memang telah diturunkan kepada Nabi SAW untuk diajarkan kepada umat muslim yang ada di seluruh penjuru dunia, di dalamnya terdapat seluruh hukum atau aturan yang harus dilaksanakan oleh manusia. Karena bisa membuat jiwa menjadi tenteram dan bersemangat kembali. Banyak sekali keutamaan membacanya, misalnya jalan hidayah bagi siapa saja yang menginginkannya sebab terdapat banyak petunjuk tentang kehidupan dunia dan akhirat dari Allah Taala.
Tips Bersuara Merdu Untuk Membaca Al Quran
 Membaca Al Quran dengan suara merdu       Semua orang yang dianugerahi suara oleh Sang Maha Pencipta sebenarnya bisa digunakan untuk membaca Al Quran. Hanya kualitas yang mungkin membedakan antara satu dengan lainnya. Namun, hal tersebut dapat dilatih dengan teknik yang baik dan benar. Sekarang banyak sekali dibuka tempat-tempat kursus atau latihan vokal yang baik. Namun, jika malu atau hanya sekedar ingin mengaji, tentunya bisa berlatih sendiri. Kemampuan suara perlu dilatih walaupun dengan otodidak. Inilah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk melatih suara yang merdu:
Melatih Pengucapan Huruf Hijaiyah
       Mulailah dengan mengucapkan hijaiyah satu persatu dengan jelas dan benar sesuai makhroj. Kemudian lanjutkan sampai mengucapkan rangkaian kata yang sulit. Lakukan dengan kecepatan rendah lalu dilanjutkan dengan kecepatan yang lebih tinggi, sehingga lancar mengucapkan ayat-ayat pendek maupun panjang dalam membaca Al Quran.
Latihan Kekuatan Suara
       Kekuatan suara berhubungan dengan pernafasan, jika pernafasan bagus, baik dan benar, maka kekuatan yang dikeluarkan dari suara bisa dilakukan. Kekuatan suara bukan berarti harus berteriak sekeras-kerasnya tetapi kejelasan suara yang perlu tetap terdengar jernih. Cara yang lain bisa dilakukan, cobalah meniup lilin dari jarak 1,5 meter hingga padam, lakukan 20-30 kali sehari untuk mendapatkan power suara merdu.
Latihan Teknik Pernafasan
        Tak bisa dipungkiri, pernafasan yang baik mutlak diperlukan dalam membaca Al Quran. Salah satu teknik pernafasan yang paling efektif yaitu teknik pernafasan perut, bukan pernafasan dada. Tanda pernafasan perut yaitu ketika menarik nafas, perut mengembung, sedangkan pernafasan dada jika ketika nafas ditarik, yang mengembung adalah dada. Berikut ini cara melatih pernafasan perut:
  • Siapkan posisi tubuh, bisa berdiri atau duduk bersila. Tegakkan punggung/badan.
    Tarik nafas dalam-dalam (dengan nafas perut), hitung hingga 10 detik. Pada hitungan ke-10, perut diusahakan full mengembung.
  • Kemudian tahan nafas selama 10 detik. Dalam posisi perut full mengembung, tahan hingga perut terasa keras. Boleh dicek dengan menekan perut yang mengeras ketika membaca Al Quran.
  • Kemudian keluarkan nafas perlahan-lahan melalui mulut selama 10 detik. Atur pengeluaran nafas seefisien mungkin dengan membuka sedikit saja mulut sampai hitungan ke-10 sambil membunyikan ”AAAAAAH”
    Berikutnya, ulangi langkah 1-4 latihan ”tarik-tahan-keluar” tersebut dengan penambahan durasi waktu secara bertahap. Misalnya, dengan penambahan per 5 detik, menjadi 15, 20, 25,30 dst. hingga batas waktu terlama.
  • Jangan ragu mengulangi jika dalam satu durasi waktu masih dirasa berat.
Latihan Teknik Vibrasi
          Vibra adalah “membunyikan” suara. Vibra terjadi akibat adanya kontraksi pada pita suara. Contohnya pegang jakun atau tenggorokan tengah leher kalian sambil membaca
ayat suci Al Quran. Itulah awal proses asal mula vibrasi/ getaran. Berikut ini cara melatih vibrasi:
  • Cobalah rileks
  • Bacalah Al Quran dengan lagu namun tidak perlu dengan suara yang terlalu tinggi.
  • Rasakan udara yang mengalir dari dalam ke luar pita suara.
  • Rasakan pada getarannya.
  • Fokus dan coba untuk mendapatkan vibrasi alunan tersebut pada bacaan secara natural.
  • Jangan dibuat-buat dengan menggerakkan bagian tenggorokan hingga bergerak secara berlebihan. Hal seperti ini malah akan menguras energi dan membuat suara tidak stabil.
  • Jika sudah terasa vibrasinya, maka baru boleh digerakkan bagian dalam tenggorokan dengan seperlunya, tak perlu berlebihan. Tergantung ekspresi, alunan dan kebutuhan lagu.
  • Ingat vibrasi yang baik itu adalah vibrasi yang terbentuk secara natural dengan getaran yang stabil. Jadi harus dilatih pelan-pelan.
Latihan Suara Tinggi
         Tiap orang memiliki level suara yang berbeda-beda, range vokal standar pembaca Al Quran yaitu 3 oktaf. Meskipun ada juga orang yang memiliki range vokal di atas 3 oktaf, bisa sampai 4, 5, bahkan 6 oktaf. Namun, jangan khawatir karena tentu saja suara tinggi bisa dilatih. Berikut ini cara melatih suara agar tinggi:
  • Lakukan pemanasan dengan cara melemaskan pita suara dengan mengucapkan bunyi “AAA”, “III”, “UUU”, “BA” dalam oktaf rendah maupun oktaf tinggi sesuai range vokal Anda.
  • Lakukan latihan sesering mungkin, lebih bagus jika dilakukan setiap pagi. Karena pita suara dapat kembali loyo jika tidak sering dilatih. Sebaiknya, lakukan latihan dengan surat-surat pendek agar nadanya lebih presisi.
  • Gunakan satu lagu yang mampu mencapai oktaf tertinggi Anda. Ulangi lagu tersebut 3 sampai 4 kali. Sebaiknya dilakukan dengan santai, dan ambil napas secukupnya, dan bayangkan/konsentrasi bahwa nada tinggi itu mudah dicapai ketika membaca Al Quran .
  • Jika mampu menggunakan nada tinggi tersebut dengan baik, maka latihlah lagi dengan lagu lain yang nada tingginya kurang lebih sama dengan lagu sebelumnya.
  • Gunakanlah satu lagu yang mampu mencapai oktaf terendah Anda.
  • Ulangi lagu tersebut 3 sampai 4 kali.
  • Jika menemukan kesulitan, coba baca “AAA”, “III”, “UUU”. Setelah mampu menggunakan nada rendah tersebut dengan baik, maka latihlah lagi dengan lagu lain yang nada rendahnya kurang lebih sama dengan lagu sebelumnya.
         Untuk melengkapi artikel tentang tips bersuara merdu untuk membaca Al Quran, yang paling penting adalah memiliki motivasi yang kuat. Karena sangat berperan dalam membantu untuk lebih cepat mendapatkan hasil yang maksimal. Apalagi dipadukan dengan ilmu tajwid yang mumpuni, itulah Qori sejati.


 7 Cara Belajar Membaca Alquran Bersuara Merdu
        Seringkali admin mendapat pertanyaan, "Bagaimana sih agar bisa bersuara merdu saat membaca Alquran?". Untuk menjawab hal ini saya akan memberikan contoh nyata yang dialami oleh seorang pelajar yang bernama Muchtar Nashir.

         Lahir dan besar di lingkungan pembaca Alquran, Muchtar Nashir telah mengenal suara lantunan ayat-ayat suci Alquran sejak kecil. Dirinya pun mendapatkan tempaan dari orangtuanya sejak Muchtar Nashir masih berusia 3 tahun.

          Memperoleh kepiawaian bersuara merdu saat melantunkan Alquran, Muchtar Nashir mengaku awalnya senang dengan suara kakaknya saat membaca Alquran, "Kakak saya, apabila melantunkan ayat-ayat Alquran sangat merdu dan indah. Saya menjadi senang karenanya ..." Semenjak itu, Muchtar Nashir mulai menjalankan cara-cara belajar membaca Alquran bersuara merdu.

Berikut ini Cara Belajar Membaca Alquran Bersuara Merdu a la Muchtar Nashir.

1) Menanamkan hobi mendengarkan dan membaca Alquran di dalam lingkungan keluarga.
       Agar bisa menumbuhkan hobi membaca Alquran pada diri anak, maka perlu dukungan di lingkungan keluarga. Orangtua harus mulai membiasakan membaca Alquran dengan baik dan benar (tartil) di depan anak-anak, termasuk anggota keluarga lainnya, semisal kakak. Hal ini bisa memengaruhi orang lain di dalam keluarga sehingga tertarik untuk bisa melantunkan Alquran dengan tartil.

2) Perlu pendamping saat belajar membaca Alquran. 
        Berdasarkan pengalaman, Muchtar Nashir di saat belajar membaca Alquran (iqra) selalu didampingi oleh sang ayah.

3) Belajar huruf-huruf dasar bahasa Arab.
       Dibandingkan huruf-huruf lain, Muchtar Nashir lebih menyukai belajar sejak awal huruf-huruf dasar bahasa Arab.

4) Belajar variasi nada dalam melantunkan Alquran.
       Setelah merasa menguasai huruf-huruf dasar bahasa Arab, Muchtar Nashir mulai memberanikan diri untuk belajar menguasai variasi nada dalam membaca Alquran.
BACA JUGA:
Trik Pernafasan Saat Membaca Alquran
3 Teknik Pernafasan Baca Alquran
5) Belajar membaca Alquran bersuara merdu dengan diulang-ulang selepas shalat Isya'.
       Dengan didampingi sang ibu, Muchtar Nashir membiasakan belajar melantunkan ayat-ayat Alquran selepas shaat Isya'. Cara belajarnya dengan diulang-ulang, terus-menerus hingga dirinya benar-benar menguasai lantunan ayat Alquran tersebut.

6) Belajar mengatur nafas diafragma.
       Saat masih kecil, Muchtar Nashir tidak kesulitan membaca Alquran dengan suara melengking serta nyaring. Tetapi setelah kini beranjak besar, sudah harus dimulai untuk belajar mengatur nafas diafragma sebab semakin tumbuh dewasa, Muchtar Nashir mengalami perubahan pita suara. Suaranya semakin berat.

7) Terus berlatih menguasai perubahan pita suara.
        Muchtar Nashir menyadari semakin lama seiring pertumbuhan diri, mengalami perubahan pita suara yang memengaruhi pada lantunan. Untuk proses maintenance pita suara, Muchtar Nashir memiliki kiat-kiat khusus. Selain terus-menerus berlatih, dirinya menghindari beberapa makanan yang digoreng, makanan pedas, tidak merokok, kurangi meminum minuman bersoda, juga batasi mengkonsumsi air es.

Itulah 7 Cara Belajar Membaca Alquran Bersuara Merdu. Bagi pembaca yang ingin mengetahui sosok Muchtar Nashir, silakan kunjungi artikelnya di sini, ok? Semoga artikel ini bisa menjawab pertanyaan seputar cara agar bisa memiliki suara merdu saat membaca Alquran, amin.

Selasa, 21 Juni 2016

7 MACAM LAGU DALAM SENI MEMBACA AL-QUR'AN

 7 MACAM LAGU DALAM SENI MEMBACA AL-QUR'AN


        Lagu al-Quran adalah alunan intonasi atau membaca yang disuarakan dalam keindahan raga nada, variasi serta ipmrovisasi selaras dengan pesan-pesan yang diungkapkan oleh ayat-ayat yang dibaca. Adapun 7 Macam Lagu dalam seni membaca al-quran yang disuarakan dalam bacaan kitab suci al-Quran harus tunduk dan sesuai serta mengikuti kaidah-kaidah tartil yang tertuang dalam disiplin ilmu tajwid serta makhrojul huruf yang benar. Lagu-lagu al-Quran semakin berkembang dan terus berjalan selain sebagai cara ibadah dan juga da'wah dan syi'ar. Dengan lantunan keindahan bacaan Al-qur'an yang dilantunkan akan mampu menggetarkan kerasnya hati siapapun yang mendengarkannya.
Baca juga :


A.SEKILAS PERANAN TAUSYIH

     Tausyih dalam pembelajaran tilawah hanyalah sebatas acuan acoustics (pengetahuan penyuaraan) dari lagu-lagu  arabi, bukan batasan-batasan nada variasi maupun improvisasi yang mengikat.  Nada-nada yang ada dalam tausyih atau bait-bait syair  dalam  gerakan-gerakannya seperti gerakan holpen suara, yakni gerakan dalam frekuensi sekali atau dua kali, maupun triller suara yakni gerakan suara dalam frekuensi tiga atau empat kali gerakan tetap toleransi terhadap potensi gerakan suara pembaca. Demikian pula  nada-nada tinggi, sedang dan rendah yang relative panjang dalam kalimat-kalimat pada bait-bait syair juga tetap toleransi pada saat diterapkan pada
ayat-ayat al-Quran sesuai kebutuhan yang dituntut oleh pembaca terutama dalam konteks lirik-lirik lagu untuk suatu ayat.

B.TAUSYIH 7 MAQAM TILAWAH
     Setiap maqam, mulai dari awal maqam variasi-variasinya sampai nada jawabul jawab dikemas melalui bait-bait syair/tausyih yang ada pada tausyih yang dijadikan sebagai patokan dasar dan rambu-rambu yang memberikan  gambaran tentang apa, bagaimana dan betapa variasi maqom yang di lantunkan.

       Adapun
7 Maqom Tilawah Seni Baca al-Quran. Lagu-lagu tersebut dikemas dalam sejumlah Tausyih untuk mempermudah dalam mempelajarinya, macam-macam lagu tersebut diatas yaitu: Bayyati, Shoba, Nahawand, Hijaz, Rost, Sika dan Jiharka. Sekilas dengan uraiannya berikut:

1. BAYYATI
     Dalam tradisi melagukan al-Quran menempatkan maqom bayyati sebagai lagu pertama. Adapun Lagu maqom Bayyati memiliki 4 tingkatan nada yaitu :

    • Qoror (Dasar)
    • Nawa (Menengah)
    • Jawab (Tinggi)
    • Jawabul Jawab (Tertinggi)
 
   
Selain variasi diatas, terdapat variasi khusus pada Bayyati, yaitu Husaini dan Syuri.


2. SHOBA
Shoba memiliki 4 tingkatan/variasi nada :

    • Awal Maqom Shoba
    • Asyiron (nawa)
    • Ajami (jawab)
    • Quflah Bustanjar



3. NAHAWAND
Tingkatan/variasi nada pada Nahawand:

    • Awal Maqom Nahawand
    • Nawa
    • Jawab
    • Quflah Mahur



4. HIJAZ
Tingkatan/variasi nada pada Hijaz:

    • Awal Maqom
    • Hijaz Kar
    • Hijaz Karkur
    • Alwan Hijaz


5. ROST
tingkatan/variasi nada pada Rost:

    • Awal Maqom Rost
    • Nawa
    • Jawab
    • Kuflah Zinjiron
    • Syabir Alarrost
    • Alwan Rost



6. SIKA
 Tingkatan/variasi nada pada Sika:

    • Awal Maqom
    • Iraqi (nawa)
    • Turki (jawab)
    • Variasi Raml


7. JIHARKA
 Tingkatan/variasi nada pada Jiharka:

    • Awal Maqom
    • Nawa
    • Jawab


Membaca Al-Qur'an Dengan Tajwid


Membaca Al-Quran Dengan Tajwid
          
         Dalam membaca Al-Quran agar dapat mempelajari, membaca dan memahami isi dan makna dari tiap ayat Al-Quran yang kita baca, tentunya kita perlu mengenal, mempelajari ilmu tajwid yakni tanda-tanda baca dalam tiap huruf ayat Al-Quran. Guna tajwid ialah sebagai alat untuk mempermudah, mengetahui panjang pendek, melafazkan dan hukum dalam membaca Al-Quran.
         Tajwīd (تجويد) secara harfiah mengandung arti melakukan sesuatu dengan elok dan indah atau bagus dan membaguskan, tajwid berasal dari kata ” Jawwada ” (جوّد-يجوّد-تجويدا) dalam bahasa Arab. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara melafazkan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci Al-Quran maupun Hadist dan lainnya.

Dalam ilmu tajwid dikenal beberapa istilah yang harus diperhatikan dan diketahui dalam pembacaan Al-Quran, diantaranya :

a. Makharijul huruf, yakni tempat keluar masuknya huruf
b. Shifatul huruf, yakni cara melafalkan atau mengucapkan huruf
c. Ahkamul huruf, yakni hubungan antara huruf
d. Ahkamul maddi wal qasr, yakni panjang dan pendeknya dalam melafazkan ucapan dalam tiap ayat Al-Quran
e. Ahkamul waqaf wal ibtida’, yakni mengetahui huruf yang harus mulai dibaca dan berhenti pada bacaan bila ada tanda huruf tajwid
f. dan Al-Khat dan Al-Utsmani
        Arti lainnya dari ilmu tajwid adalah melafazkan, membunyikan dan menyampaikan dengan sebaik-baiknya dan sempurna dari tiap-tiap bacaan dalam ayat Al-Quran. Menurut para Ulama besar menyatakan bahwa hukum bagi seseorang yang mempelajari tajwid adalah Fardhu Kifayah, yakni dengan mengamalkan ilmu tajwd ketika memabaca Al-Quran dan Fardhu ‘Ain atau wajib hukumnya baik laki-laki atau perempuan yang mu’allaf atau seseorang yang baru masuk dan mempelajari Islam dan KitabNya.
        Mengenal, mempelajari dan mengamalkan ilmu tajwid berserta pemahaman akan ilmu tajwid itu sendiri merupakan hukum wajib suatu ilmu yang harus dipelajari, untuk menghindari kesalahan dalam membaca ayat suci Al-Quran dan melafazkannya dengan baik dan benar sehingga tiap ayat-ayat yang dilantunkan terdengar indah dan sempurna.

Berikut ini ada dalil atau pernyataan shahih dari Allah SWT yang mewajibkan setiap HambaNya untuk membaca Al-Quran dengan memahami tajwid, diantaranya :

1. Dalil pertama di ambil dari Al-Quran. Allah SWT berfirman dalam ayatNya yang artinya “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan/tartil (bertajwid)”[QS:Al-Muzzammil (73): 4].          Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad untuk membaca Al-Quran yang diturunkan kepadanya dengan tartil, yaitu memperindah pengucapan setiap huruf-hurufnya (bertajwid).

2. Dalil kedua diambil dari As-Sunnah ( Hadist ) yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah r.a.(istri Nabi Muhammad SAW), ketika beliau ditanya tentang bagaimana bacaan Al-Quran dan sholat Rasulullah SAW, maka beliau menjawab: ”Ketahuilah bahwa Baginda S.A.W. Sholat kemudian tidur yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi, kemudian Baginda kembali sholat yang lamanya sama seperti ketika beliau tidur tadi, kemudian tidur lagi yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi hingga menjelang shubuh. Kemudian dia (Ummu Salamah) mencontohkan cara bacaan Rasulullah S.A.W. dengan menunjukkan (satu) bacaan yang menjelaskan (ucapan) huruf-hurufnya satu persatu.” (Hadits 2847 Jamik At-Tirmizi).

3. Dalil ketiga diambil dari Ijma atau pendapat para ulama besar Islam. Yakni kesepakatan para ulama yang dilihat dari zaman Rasulullah SAW hingga sampai saat ini, yang menyatakan bahwa membaca Al-Quran dengan ber-Tajwid merupakan hukum atau sesuatu yang fardhu dan wajib.

Hukum-hukum dalam tajwid beserta komponen ilmu tajwid yang harus dikenal dipelajari, dipahami serta diamalkan dalam membaca Al-Quran, antara lain :

1. Hukum Ta’awuz dan Basmalah
Isti’azah atau taawuz adalah melafazkan atau membunyikannya : “A’uzubillahi minasy syaitaanir rajiim” (ﺍﻋﻮﺬ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﻥ ﺍﻟﺮﺟﻴﻢ)
cara melafazkan basmalah adalah bunyinya:
“Bismillahir rahmaanir rahiim” (ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺤﻤﻦ ﺍﻟﺮﺤﻴﻢ).

Terdapat 4 cara membaca iati’azah, basmalah dan surat :
a. memutuskan isti’azah (berhenti) kemudian baru membaca basmalah,
b. menyambungkan basmalah dengan surah tanpa berhenti,
c. membaca isti’azah dan basmalah terus-menerus tanpa henti,
d. membaca isti’azah, basmalah dan awal surat terus-menerus tanpa berhenti.

Terdapat 4 cara membaca basmalah di antara dua surat. Membaca basmalah adalah tanda awal dimulai suatu bacaan dalam surat Al-Quran. Guna dari membaca basmalah suatu keharusan dengan tujuan :
a. Basmalah sebagai pemisah dengan surat Al-Quran yang lain
b. Sebagai penghubung dengan awal surat Al-Quran
c. Sebagai penghubung dari kesemua surat Al-Quran
d. Menghubungkan akhir surat dengan basamalah, lalu berhenti. Namun basamalah tidak selalu menjadi surat awal yang harus terus dibaca untuk melanjutkan surat berikutnya. Walau bagaimana pun, tidak harus membaca demikian karena dikhawatirkan ada yang mengganggap basmalah merupakan salah satu ayat daripada surat yang sebelumnya.

Dalam ilmu tajwid juga dikenal ada 9 hukum bacaan yang isinya menjelaskan bagian-bagian tanda baca dan cara melafazkannya atau pengucapannya, antara lain :


A. Hukum nun mati dan tanwin, terdiri dari :

Berkas:Al-baqarah 145 tajwid nun tanwin.PNG

Contoh : ayat diatas merupakan surat Al-Quran ( QS: Al-Baqarah ayat 145 ), huruf yang diberi warna (merah : izhar halqi), (hijau : idgham), ( biru : ikhfa haqiqi), ( ungu : iqlab).

1. Izhar Halqi

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgN2wDaWdn_7TArX6tSaIQtCNRYK9zvVDXn5RlvMv3bOVywLAs12y5n_QnGOJupypmlOilOsiFbd-FUBmv6Scy6i6vrpDpR6Y16jdgQABaz4SPWpZ4hXspkxESYllzhSbtQkeg_KPaaTpsV/s1600/Pengertian-hukum-bacaan-Idzhar-Halqi-dan-Contohnya.gif

        Izhar halqi bila bertemu dengan huruf izhar maka cara melafazkan atau mengucapkannya harus “jelas” Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf Halqi (tenggorokan) seperti: alif/hamzah(ء), ha’ (ح), kha’ (خ), ‘ain (ع), ghain (غ), dan ha’ (). Izhar Halqi yang artinya dibaca jelas.
Contoh : نَارٌ حَامِيَةٌ

2. Idgham

Hukum bacaan ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
aa.     Idgham  Bighunnah

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIwL5rJpOHevi1ajd7SpJBDMiJbbh7Ha-pZStQnNnMk1Ui8FbWZMy58DRRVp_FyJnJnCP8N_FHwRtydMmBGVrP1KqFlGusJYonEHa3LCOpy6HaLis7iVpohjNqC5i967SpJ9XSTDxUwPjW/s1600/Pengertian-dan-Contoh-Idghom-bighunnah.gif

      Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti: mim (م), nun (ن), wau (و), dan ya’ (ي), maka ia harus dibaca lebur dengan dengung.
Contoh: فِيْ عَمَدٍ مُّمَدَّدَةٍ harus dibaca Fī ʿamadim mumaddadah.
bb.   Idgham Bilaghunnah

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtqxFDJhUbYnoqxWVqxEOqKKmI6Dbcqcib9KFfGHKciiK7m-T156PL4wroyKHAQwyJQw8R-c6VNrlfFC2cUYLzl12F50gm_aNpCzSWaKObrrCodOhTKor-Jc5Vgh047BoGAoBrUHEwLVou/s1600/Pengertian-dan-Contoh-Bacaan-Idghom-Bilaghunnah.gif


Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti ra’ (ر) dan lam (ل), maka ia harus dibaca lebur tanpa dengung.
Contoh: مَنْ لَمْ harus dibaca Mal lam
Pengecualian
        Jika nun mati atau tanwin bertemu dengan keenam huruf idgam tersebut tetapi ditemukan dalam satu kata, seperti بُنْيَانٌ, اَدُّنْيَا, قِنْوَانٌ, dan صِنْوَانٌ, maka nun mati atau tanwin tersebut dibaca jelas.

3. Iqlab

Pengertian Bacaan Iqlab dan Contohnya

Hukum ini terjadi apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf ba’ (ب). Dalam bacaan ini, bacaan nun mati atau tanwin berbah menjadi bunyi mim (م).
Contoh: لَيُنۢبَذَنَّ harus dibaca Layumbażanna

4. Ikhfa’ haqiqi

Pengertian Ikhfa’ Haqiqi Beserta Contoh

Jika nan mati atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf seperti ta’(ت), tha’ (ث), jim (ج), dal (د), dzal (ذ), zai (ز), sin (س), syin (ش), sod (ص), dhod (ض), tho (ط), zho (ظ), fa’ (ف), qof (ق), dan kaf (ك), maka ia harus dibaca samar-samar (antara Izhar dan Idgham)
Contoh: نَقْعًا فَوَسَطْنَ

B. Hukum mim mati
        Selain hukum nun mati dan tanwin adapula hukum lainnya dalam mempelajari dan membaca Al-Quran yakni Hukum mim mati, yang disebut hukum mim mati jika bertemu dengan huruf mim mati (مْ) yang bertemu dengan huruf-huruf arab tertentu.



Contoh bacaan diatas diambil dari (QS: Al-Mu’minun :55-59) yang diberi tanda warna  (biru : ikhfa syafawi), ( merah : idgham mimi), (hijau : izhar  syafawi).

Hukum mim mati memiliki 3 jenis, yang diantaranya adalah :
1. Ikhfa Syafawi (ﺇﺧﻔﺎﺀ ﺷﻔﻮﻱ)
     Apabila mim mati (مْ) bertemu dengan ba (ب), maka cara membacanya harus dibunyikan samar-samar di bibir dan dibaca didengungkan.
Contoh: (فَاحْكُم بَيْنَهُم) (تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ) (وَكَلْبُهُم بَاسِطٌ)

2. Idgham Mimi ( إدغام ميمى)
      Apabila mim mati (مْ) bertemu dengan mim (م), maka cara membacanya adalah seperti menyuarakan mim rangkap atau ditasyidkan dan wajib dibaca dengung. Idgham mimi disebut juga idgham mislain atau mutamasilain.
Contoh : (أَم مَنْ) (كَمْ مِن فِئَةٍ)

3. Izhar Syafawi (ﺇﻇﻬﺎﺭ ﺷﻔﻮﻱ)
      Apabila mim mati (مْ) bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah selain huruf mim (مْ) dan ba (ب), maka cara membacanya dengan jelas di bibir dan mulut tertutup.
Contoh: (لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ) (تَمْسُونَ)

C. Hukum mim dan nun tasydid
     Hukum mim dan nun tasydid juga disebut sebagai wajib al-ghunnah (ﻭﺍﺟﺐ ﺍﻟﻐﻨﻪ) yang bermakna bahwa pembaca wajib untuk mendengungkan bacaan. Maka jelaslah yang bacaan bagi kedua-duanya adalah didengungkan. Hukum ini berlaku bagi setiap huruf mim dan nun yang memiliki tanda syadda atau bertasydid (ﻡّ dan نّ).
Contoh: ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺠِﻨﱠﺔ ﻭَﺍﻟﻨﱠﺎﺱِ

D. Hukum alif lam ma’rifah
     Alif lam ma’rifah adalah dua huruf yang ditambah pada pangkal atau awal dari kata yang bermakna nama atau isim. Terdapat dua jenis alif lam ma’rifah yaitu qamariah dan syamsiah.
– Alif lam qamariah ialah lam yang diikuti oleh 14 huruf hijaiah, seperti: alif/hamzah(ء), ba’ (ب), jim (ج), ha’ (ح), kha’ (خ), ‘ain (ع), ghain (غ), fa’ (ف), qaf (ق), kaf (ك), mim (م), wau (و), ha’ () dan ya’ (ي). Hukum alif lam qamariah diambil dari bahasa arab yaitu al-qamar (ﺍﻟﻘﻤﺮ) yang artinya adalah bulan. Maka dari itu, cara membaca alif lam ini adalah dibacakan secara jelas tanpa meleburkan bacaannya.
– Alif lam syamsiah ialah lam yang diikuti oleh 14 huruf hijaiah seperti: ta’ (ت), tha’ (ث), dal (د), dzal (ذ), ra’ (ر), zai (ز), sin (س), syin (ش), sod (ص), dhod (ض), tho (ط), zho (ظ), lam (ل) dan nun (ن). Nama asy-syamsiah diambil dari bahasa Arab (ﺍﻟﺸﻤﺴﻴﻪ) yang artinya adalah matahari. Maka dari itu, cara membaca alif lam ini tidak dibacakan melainkan dileburkan kepada huruf setelahnya.

E. Hukum idgham
     Idgham (ﺇﺩﻏﺎﻡ) adalah berpadu atau bercampur antara dua huruf atau memasukkan satu huruf ke dalam huruf yang lain. Maka dari itu, bacaan idgham harus dilafazkan dengan cara meleburkan suatu huruf kepada huruf setelahnya. Terdapat tiga jenis idgham:
– Idgham mutamathilain (ﺇﺩﻏﺎﻡ ﻣﺘﻤﺎﺛﻠﻴﻦ – yang serupa) ialah pertemuan antara dua huruf yang sama sifat dan makhrajnya (tempat keluarnya) dal bertemu dal dan sebagainya. Hukum adalah wajib diidghamkan. Contoh: ﻗَﺪ ﺩَﺨَﻠُﻮاْ.
– Idgham mutaqaribain (ﺇﺩﻏﺎﻡ ﻣﺘﻘﺎﺭﺑﻴﻦ – yang hampir) ialah pertemuan dua huruf yang sifat dan makhrajnya hampir sama, seperti ba’ bertemu mim, qaf bertemu kaf dan tha’ bertemu dzal. Contoh: ﻧَﺨْﻠُﻘڪُﻢْ
– Idgham mutajanisain (ﺇﺩﻏﺎﻡ ﻣﺘﺠﺎﻧﺴﻴﻦ – yang sejenis) ialah pertemuan antara dua huruf yang sama makhrajnya tetapi tidak sama sifatnya seperti ta’ dan tha, lam dan ra’ serta dzal dan zha. Contoh: ﻗُﻞ ﺭَﺏ

F. Hukum mad
     Mad yang artinya yaitu melanjutkan atau melebihkan. Dari segi istilah Ulama tajwid dan ahli bacaan, mad bermakna memanjangkan suara dengan lanjutan menurut kedudukan salah satu dari huruf mad. Terdapat dua bagian mad, yaitu mad asli dan mad far’i. Terdapat tiga huruf mad yaitu alif, wau, dan ya’ dan huruf tersebut haruslah berbaris mati atau saktah. Panjang pendeknya bacaan mad diukur dengan menggunakan harakat.


G. Hukum ra’
      Hukum ra’ adalah hukum bagaimana membunyikan huruf ra’ dalam bacaan. Terdapat tiga cara yaitu kasar atau tebal, halus atau tipis, atau harus dikasarkan dan ditipiskan.
* Bacaan ra’ harus dikasarkan apabila:
1. Setiap ra’ yang berharakat atas atau fathah.
Contoh: ﺭَﺑﱢﻨَﺎ
2. Setiap ra’ yang berbaris mati atau berharakat sukun dan huruf sebelumnya berbaris atas atau fathah.
Contoh: ﻭَﺍﻻَﺭْﺽ
3. Ra’ berbaris mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah atau kasrah.
Contoh: ٱﺭْﺟِﻌُﻮْﺍ
4. Ra’ berbaris mati dan sebelumnya huruf yang berbaris bawah atau kasrah tetapi ra’ tadi berjumpa dengan huruf isti’la’.
Contoh: ﻣِﺮْﺻَﺎﺪ
* Bacaan ra’ yang ditipiskan adalah apabila:
1. Setiap ra’ yang berbaris bawah atau kasrah.
Contoh: ﺭِﺟَﺎﻝٌ
2. Setiap ra’ yang sebelumnya terdapat mad lain
Contoh: ﺧَﻴْﺮٌ
3. Ra’ mati yang sebelumnya juga huruf berbaris bawah atau kasrah tetapi tidak berjumpa dengan huruf isti’la’.
Contoh: ﻓِﺮْﻋَﻮﻦَ
* Bacaan ra’ yang harus dikasarkan dan ditipiskan adalah apabila setiap ra’ yang berbaris mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah dan kemudian berjumpa dengan salah satu huruf isti’la’.
Contoh: ﻓِﺮْﻕ
Isti’la’ (ﺍﺳﺘﻌﻼ ﺀ): terdapat tujuh huruf yaitu kha’ (خ), sod (ص), dhad (ض), tha (ط), qaf (ق), dan zha (ظ).

H. Qalqalah
     Qalqalah (ﻗﻠﻘﻠﻪ) adalah bacaan pada huruf-huruf qalqalah dengan bunyi seakan-akan berdetik atau memantul. Huruf qalqalah ada lima yaitu qaf (ق), tha (ط), ba’ (ب), jim (ج), dan dal (د). Qalqalah terbagi menjadi dua jenis:
– Qalqalah kecil yaitu apabila salah satu daripada huruf qalqalah itu berbaris mati dan baris matinya adalah asli karena harakat sukun dan bukan karena waqaf.
Contoh: ﻴَﻄْﻤَﻌُﻮﻥَ, ﻴَﺪْﻋُﻮﻥَ
– Qalqalah besar yaitu apabila salah satu daripada huruf qalqalah itu dimatikan karena waqaf atau berhenti. Dalam keadaan ini, qalqalah dilakukan apabila bacaan diwaqafkan tetapi tidak diqalqalahkan apabila bacaan diteruskan.
Contoh: ٱﻟْﻔَﻟَﻖِ, ﻋَﻟَﻖٍ

I. Waqaf (وقف)
    Waqaf dari sudut bahasa ialah berhenti atau menahan, manakala dari sudut istilah tajwid ialah menghentikan bacaan sejenak dengan memutuskan suara di akhir perkataan untuk bernapas dengan niat ingin menyambungkan kembali bacaan. Terdapat empat jenis waqaf yaitu:
ﺗﺂﻡّ (taamm) – waqaf sempurna – yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan yang dibaca secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, dan tidak mempengaruhi arti dan makna dari bacaan karena tidak memiliki kaitan dengan bacaan atau ayat yang sebelumnya maupun yang sesudahnya
ﻛﺎﻒ (kaaf) – waqaf memadai – yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, namun ayat tersebut masih berkaitan makna dan arti dari ayat sesudahnya
ﺣﺴﻦ (Hasan) – waqaf baik – yaitu mewaqafkan bacaan atau ayat tanpa mempengaruhi makna atau arti, namun bacaan tersebut masih berkaitan dengan bacaan sesudahnya
ﻗﺒﻴﺢ (Qabiih) – waqaf buruk – yaitu mewaqafkan atau memberhentikan bacaan secara tidak sempurna atau memberhentikan bacaan di tengah-tengah ayat, wakaf ini harus dihindari karena bacaan yang diwaqafkan masih berkaitan lafaz dan maknanya dengan bacaan yang lain.

Tanda-tanda waqaf lainnya :

1. Tanda mim ( مـ ) disebut juga dengan Waqaf Lazim. yaitu berhenti di akhir kalimat sempurna. Wakaf Lazim disebut juga Wakaf Taamm (sempurna) karena wakaf terjadi setelah kalimat sempurna dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya. Tanda mim ( م ), memiliki kemiripan dengan tanda tajwid iqlab, namun sangat jauh berbeda dengan fungsi dan maksudnya;

2. tanda tho ( ) adalah tanda Waqaf Mutlaq dan haruslah berhenti.

3.tanda jim ( ) adalah Waqaf Jaiz. Lebih baik berhenti seketika di sini walaupun diperbolehkan juga untuk tidak berhenti.

4. tanda zha ( ) bermaksud lebih baik tidak berhenti

5. tanda sad ( ) disebut juga dengan Waqaf Murakhkhas, menunjukkan bahwa lebih baik untuk tidak berhenti namun diperbolehkan berhenti saat darurat tanpa mengubah makna. Perbedaan antara hukum tanda zha dan sad adalah pada fungsinya, dalam kata lain lebih diperbolehkan berhenti pada waqaf sad

6. tanda sad-lam-ya’ ( ﺻﻠﮯ ) merupakan singkatan dari “Al-washl Awlaa” yang bermakna “wasal atau meneruskan bacaan adalah lebih baik”, maka dari itu meneruskan bacaan tanpa mewaqafkannya adalah lebih baik;

7. tanda qaf ( ) merupakan singkatan dari “Qiila alayhil waqf” yang bermakna “telah dinyatakan boleh berhenti pada wakaf sebelumnya”, maka dari itu lebih baik meneruskan bacaan walaupun boleh diwaqafkan

8. tanda sad-lam ( ﺼﻞ ) merupakan singkatan dari “Qad yuushalu” yang bermakna “kadang kala boleh diwasalkan”, maka dari itu lebih baik berhenti walau kadang kala boleh diwasalkan

9. tanda Qif ( ﻗﻴﻒ ) bermaksud berhenti! yakni lebih diutamakan untuk berhenti. Tanda tersebut biasanya muncul pada kalimat yang biasanya pembaca akan meneruskannya tanpa berhenti

10. tanda sin ( س ) atau tanda Saktah ( ﺳﮑﺘﻪ ) menandakan berhenti seketika tanpa mengambil napas. Dengan kata lain, pembaca haruslah berhenti seketika tanpa mengambil napas baru untuk meneruskan bacaan

11. tanda Waqfah ( ﻭﻗﻔﻪ ) bermaksud sama seperti waqaf saktah ( ﺳﮑﺘﻪ ), namun harus berhenti lebih lama tanpa mengambil napas

12. tanda Laa ( ) bermaksud “Jangan berhenti!”. Tanda ini muncul kadang-kala pada penghujung maupun pertengahan ayat. Jika ia muncul di pertengahan ayat, maka tidak dibenarkan untuk berhenti dan jika berada di penghujung ayat, pembaca tersebut boleh berhenti atau tidak

13. tanda kaf ( ) merupakan singkatan dari “Kadzaalik” yang bermakna “serupa”. Dengan kata lain, makna dari waqaf ini serupa dengan waqaf yang sebelumnya muncul

14. tanda bertitik tiga ( … …) yang disebut sebagai Waqaf Muraqabah atau Waqaf Ta’anuq (Terikat). Waqaf ini akan muncul sebanyak dua kali di mana-mana saja dan cara membacanya adalah harus berhenti di salah satu tanda tersebut. Jika sudah berhenti pada tanda pertama, tidak perlu berhenti pada tanda kedua dan sebaliknya.

        Sebenarnya masih banyak hukum bacaan dan tanda bacaan dalam Al-Quran bila dipelajari memerlukan waktu pemahaman yang cukup lama agar fasih dan benar dalam membaca, melafazkan dan pengucapan harakat (panjang-pendeknya suatu bacaan), tajwid lainnya yang harus dipelajari dan dipahami. Lebih baik lagi apabila mempelajari kitab Iqro (kitab kecil ).